Hartati Assi, SIP Kabid KB, BPMD KK |
Dikatakannya bahwa untuk saat ini BPMD KK baru
membentuk PIK-R di tingkat sekolah, dan dari sejumlah sekolah yang ada, baru dua
sekolah yang sampai saat ini telah berjalan dengan baik, yaitu Madrasah
Alia Kotamobagu dan SMA Kristen
Kotamobagu. Kedua Sekolah ini bahkan telah berada pada Tahap TEGAK dari
tiga Tahap pengembangan PIK-R yaitu TUMBUH, TEGAK dan TEGAR, terang Hasriati.
Dijelaskannya bahwa Keberadaan PIK-R disekolah sendiri
melibatkan peran siswa karena dibentuk Dari,
Oleh dan Untuk siswa. BPMD sendiri akan melatih Pendidik Sebaya dan Konselor untuk mendukung program ini. Pendidik
Sebaya adalah siswa yang dilatih sehingga memiliki kemampuan untuk mengajak
siswa lainnya untuk berdiskusi sedangkan Konselor adalah tempat mereka
berkonsultasi. Dengan adanya PIK-R ini, Siswa akan mendapatkan informasi yang
benar serta mendapat pelayanan konseling yang cukup tentang persoalan Seksualitas, NAPZA, dan
HIV/AIDS.
“Siswa yang
bergabung didalam PIK-R ini, memanfaatkan jam-jam istirahat untuk memberikan
penyuluhan tentang bahaya narkoba serta
bahaya yang ditimbulkannya, termasuk mengajak siswa untuk menjauhi Free Sex dan
Pergaulan bebas, kepada sesama teman siswanya”, kata Hasriati.
Dari hasil pendataan BPMD KK Tahun 2010, di Kota
Kotamobagu ada lebih dari 20 ribu remaja yang berumur antara 14 s/d 20 tahun. Mereka
adalah generasi penerus yang merupakan potensi dan asset daerah, sehingga dengan
adanya program PIK-R ini diharapkan dapat membangun generasi muda
yang tangguh, untuk mewujudkan Tegar Remaja, yaitu remaja yang berprilaku
sehat, terhindar dari resiko Seksualitas, Napza dan HIV/AIDS serta menunda usia
pernikahan dan bercita-cita mewujudkan keluarga kecil berkualitas, sehingga
mampu menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya, jelas
Hasriati.
Pengurus PIK-R SMA Kristen Kotamobagu, Stevani, Anggel dan Sandra |
Ditemui terpisah Pengurus PIK-R SMA Kristen
Kotamobagu, Angelina Kumolili (Konselor) mengatakan bahwa kegiatan PIK-R
disekolahnya telah berjalan dengan baik. Ini dilaksanakan melalui konseling, dan
Sosialisasi oleh Pendidik Sebaya, kepada rekan-rekan sesama siswa didepan kelas
atau disaat istirahat melalui diskusi antar siswa. Diakuinya bahwa masih terdapat
kendala dalam melakukan konseling karena terkadang ada siswa bermasalah merasa
malu untuk melakukan konseling di sekolah sehingga kami harus melakukan
konseling diluar sekolah, ungkap Anggel, yang didampingi oleh Sandra dan Stevani
Mamondo yang juga adalah Pendidik Sebaya di SMA Kristen Kotamobagu.
Ketiganya berharap agar Pemkot dapat membantu PIK-R
SMA Kristen Kotamobagu untuk pengadaan Alat Peraga sosialisasi yang sampai saat
ini masih kurang.(aa)